Rantai Air Mata dan Puisi Lainnya

Kotak itu sudah lama tidak aku buka
Seminggu yang lalu, pukul dua pagi, aku menutupnya
Hanya ada percakapan tanpa nyawa di sana
Layaknya kepingan perasaan yang terbujur kaku
Dan semua lekukan kata tanpa jiwa yang membiru
Barangkali sebentar lagi isi kotak itu membusuk
Kau, barangkali, sudah membuangnya
Lagipula, siapa yang ingin menyimpan kotak cinta usang

Kulihat pendar dari kotak usang itu
Sekali lagi, pukul 3 dini hari waktu si kotak kembali gaduh
Aku benci membukanya
Seakan jadi kesalahanku selanjutnya
Selain biarkan dirimu bongkar kotak dalam bising
Tepat di dini hari waktu indraku tak lagi presisi

Dulu, kuanggap letupan frasa di kotak itu punya makna
Kubiarkan mata lelahku amatinya lagi jam subuh buta
Kau ajak aku bertukar kue di dalam kotak cinta
Tanpa kuperhatikan waktu yang seharusnya bikinku menolak

Nyatanya pendar hanyalah pendar
Kotak hanyalah kotak
Tanpa ada berlian makna di dalamnya
Saat kau gunakan perasaan usang lagi
Kukira semua akan membaik dan sedikit lagi
Nyatanya, mati tak akan menjadi bernyawa lagi

Kotak itu kujadikan mural dan kau jadi tulangku
Tapi itu dulu
Kini isinya hanyalah panah yang patah

Kotak | Yayuk A Kasih 160222
Aku pernah mencintaimu / dengan erat dan dilengkapi letupan rasa penasaran // tapi ada selarik kata tidak yang selalu membuatku membendung perasaanku // tidak yang selalu membuatku ragu / bahwa perasaan ini rentan // rentan akan rasa sakit / berujung pada ucapan selamat tinggal // seperti mencuri kata Anggun / hanya fantasi / tapi buatku merasa tertinggal // hasrat membuncah yang buatku bertanya / terjawab saat aku membaca kisah Vivienne dan Dimas // tapi lebih lengkap lagi setelah menelusuri kisah Lintang dan Alam // terbayang suatu pagi aku terbangun dan sadar mungkin kamu hanyalah mimpi / fantasi yang terbentuk dari ilusi // samar terdengar elegi di pagi hari / dan ratapan sia-sia seorang diri // lalu aku tersadar bagaimana mungkin kita bersama / di saat aku menganggapnya berakhir / tapi dirimu baru melihatku ada //

Utopia | Y.A.K
Photo by Karolina Grabowska on Pexels.com
Aku pernah berharap menulis kisah kita tanpa kehabisan kertas dan tinta
Aku pernah berharap nyanyian waktu tak hentikan dimensi yang kita curi dari dunia
Tapi cerita kita hanyalah buku lawas yang kubaca sekali duduk
Atau bahkan lirik lagu yang dilupakan tanpa musik merindu
Mungkin memang tak akan pernah ada kisah cinta antara kita
Mungkin memang kita hanya hidup di distopia

Distopia | Y.A.K

Rantai Air Mata

Kita hanyalah arang yang tidak bernyala
Kian redup pelita yang dulunya membawa angin segar
Kelelahan, kepayahan, sia-sia tenggelam dalam urusan tak bernyawa
Sebab kita semua akan mati
Terkubur bersama penyesalan diri
Dan dunia hanyalah rantai raungan yang membelenggu
Membetot sanubari sampai rasa sakit menjadi candu
Kelewat nyaman dibalut rantai terbuat dari air mata

Tak ada senyum di wajah bapak itu
Pagi ini kucing yang mengaduk pasir satu-satunya temanku
Tapi nasibmu tak lebih baik, kosong menatap monitor yang mengikatmu
Dan kita berdua tahu ada kecoa menggerogoti kamar ibu
Semua kebusukan beradu, bau anyir terasa jadi madu
Sia-sia benar hidup di rantai air mata ini
Mengapung di lautan nanah kuning yang busuk
Sisa dari luka kita semua yang tak kunjung sembuh

Tapi malam ini aku ingin menyapamu
Membelaimu dalam pelukanku
Melepasmu dari balutan perban kesesalan diri
Mendengar bisikan batin yang kucuri dari sanubarimu
Hatimu masih suci, aku ingin rasa cintaku yang mentah ini menjangkaunya
Meski gapaian harapanku hanya tampak seperti benalu

2.11.22
Photo by Kat Smith on Pexels.com

			

Leave a comment

Discover more from ARCTURIAN

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading