Lumiere et Étoile

20 November 2021

Photo by Tatiana on Pexels.com

Halo Matahari. Halo, Venus.

Tidak kusangka kita tidak pernah bertemu lagi.

Namun tidak mengapa. Konstelasi Nebula tak lagi relevan setelah kita berpisah.

Matahari, aku ingin berterima kasih untuk malam itu ketika aku sendirian tersesat di kota orang dan kau tiba-tiba hadir membantuku. Tidak kusangka kau menjagaku di tengah dinginnya malam kota tempat kita bertemu kali pertama, membawakanku minuman hangat dan tak lupa, cemilan kesukaanku.

Meskipun waktu itu kita baru pertama kali bertemu.

Venus, Bintang Kejora-ku. Eh, maaf. Aku tidak patut menyebutmu milikku.

Jujur saja aku senang kau datang ke dalam hidupku. Caramu berkenalan yang lucu membuatku tertawa sampai sekarang. Pun juga karena gaya rambutmu yang begitu aneh saat kita pertama bertemu.

Matahari, aku mau bertanya. Hanya antara kita berdua, saat kita berkelana bersama kala itu, apakah ada rasa yang menyertaimu? Bukan bermaksud mengorek masa lalu, melainkan aku hanya penasaran saja.

Aku tergugu saat menyadari perbedaan sikapmu, yang awalnya bahkan selalu memotretku di saat aku tidak sadar, tapi di pertemuan kita berikutnya kau mengabaikanku dan hanya menganggapku ada saat bertanya apakah akan menginap. Itu sungguh sakit.

Photo by Fujifilm North America on Pexels.com

Nus, aku mau bertanya. Saat itu, tepatnya malam itu, kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang akun Instagramku? Lantas, kenapa terus kemudian kau mengetuk tombol ‘ikuti’ di profilku? Hei, ingat jugakah engkau apa yang kita bicarakan saat itu? Kita tertawa, berkenalan, tertawa lagi, lalu saling melihat profil satu sama lain di Instagram, bahkan kau memasukkanku dalam unggahan snapgrammu! Aku dan kau baru saja bertemu tak lebih dari 24 jam saat itu tapi bisa-bisanya aku debut di snapgram milikmu. Juga, terima kasih karena beberapa bulan kemudian kau tiba-tiba batal mengikutiku.

Photo by Aleksandar Pasaric on Pexels.com

Matahari, maaf jika aku menggenggammu terlalu erat. Aku baru saja lepas dari seseorang yang menyakitiku saat itu, dan aku bodoh berharap kau bisa menggantikan posisinya untuk menjadi sosok yang lebih penyayang kepadaku. Namun, seharusnya jika kau tahu kita akan bertemu setelah itu, jangan menghukumku seperti saat kita bertemu di kota tua itu. Bukankah sayang sekali jauh-jauh dari rumah dan kau bahkan tidak melihat mataku, gadis yang ingin kau temui?

Lagipula, apa maksudnya bertanya tentang kepulanganku serta mengajakku menginap? Aku tidak akan menerima ajakan tersebut, kurasa. Terutama setelah sikap dingin yang kau berikan kepadaku. Dan jika hari pertemuan kita hanya bermakna sejauh itu bagimu, aku akan memilih pergi meskipun pada awalnya terasa sakit.

Photo by Paweu0142 L. on Pexels.com

Venus, terima kasih telah benar-benar menemuiku di kota tempat tinggalmu saat aku perlu ke sana. Aku sempat berpikir kau tidak akan menemuiku. Namun, ternyata kau sudah menungguku, dan walaupun singkat, aku senang. Sayang saja, saat kuanggap pertemanan kita awet, kau justru batal mengikutiku di Instagram. Apa salahku? Aku selalu bertanya-tanya akan itu. Serta, saat kuanggap kau sosok yang cukup dewasa, tingkahmu begitu kekanak-kanakan, membuatku juga akhirnya memilih pergi.

Photo by mingche lee on Pexels.com

Matahari, Venus, maaf ya. Aku ciptakan Konstelasi Nebula karena kalian masuk ke dalam hidupku hampir bersamaan. Hari, pembawaanmu yang kalem dan caramu memperhatikanku membuatku merasa bermimpi. Venus, lelucon, canda dan caramu menarik hati membuatku berdebar-debar. Orang bilang tidak ada yang bisa memiliki perasaan dengan dua orang di saat yang sama. Kurasa itu benar. Kurasa aku mulai melupakanmu, Hari, dan saat Venus datang, aku dengan mudah berkenalan dengannya.

Kini, kuharap kalian masih hidup. Tak hanya secara virtual. Jika suatu saat kalian bertemu denganku, kuharap kalian sekali-sekali masih memikirkanku sama halnya denganku.

Selamat tinggal.

Mars.

Leave a comment

Discover more from ARCTURIAN

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading